APAKABARNEWS.COM – Situasi di Myanmar semakin panas dengan munculnya perpecahan di kalangan aparatur negara.
Kolonel Saw Chit Thu, Komandan Pasukan Perbatasan wilayah Kayin, mengumumkan bahwa Pasukan Penjaga Perbatasan (BGF) yang berafiliasi dengan junta tidak akan lagi bertanggung jawab kepada militer.
Keputusan tersebut menandai perlawanan BGF dalam bentuk netralitas terhadap pemerintahan junta yang kontroversial.
“Sudah 30 tahun masyarakat Karen saling berperang dan membunuh.
Baca Juga:
Amerika Serikat Jatuhkan Sanksi Terhadap Dua Anggota Junta Militer Myanmar
Kedubes RI di Myanmar Didemo, Alasannya Jakarta Dianggap Dukung Pemilu Usulan Militer
Kudeta Militer di Myanmar Dinilai Mencoreng Citra Demokrasi ASEAN
Jika kami terus menerima dukungan dari junta, kami harus terus menjalankan tugas tentara di bawah bimbingannya,” ungkapnya kepada Radio Free Asia (RFA), Jumat (26/1/2024).
Myanmar telah dalam keadaan perang saudara sejak kudeta junta militer pada Februari 2021.
Resisten publik dan aksi demonstrasi besar-besaran telah menandai penentangan terhadap rezim junta.
Terbaru, Komandan Pasukan Perbatasan Kayin memutuskan untuk menarik dukungan sekitar 300 tentara BGF dari pangkalan militer bersama pasukan junta di perbatasan dengan Thailand.
Baca Juga:
Gara-gara Kudeta, Amerika Serikat Akhirnya Tinjau Ulang Bantuan untuk Myanmar
Ada Kudeta Militer di Myanmar, Ini Penjelasan Kemenlu soal Kondisi Ratusan WNI
Analisis politik menyebut pembelotan ini sebagai revolusi damai melawan junta yang telah mengalami kekalahan di beberapa front.
Meski demikian, ada pertanyaan seputar niat sejati BGF dan sejauh mana netralitasnya dapat dipertahankan.
Dalam perkembangan lain, kekalahan militer Myanmar semakin mencuat.
Blogger terkemuka menyebut Min Aung Hlaing “tidak kompeten,” dan kekalahan di Negara Bagian Shan Utara oleh pemberontak dari Aliansi Persaudaraan menunjukkan kerugian besar.
Pemberontak merebut wilayah dan menunjukkan tanda-tanda kelemahan militer dalam video yang viral.
Baca Juga:
Peluncuran Rudal Korut Diakui Presiden Kim Jong Un Sebagai Uji Coba Senjata Nuklir
Nancy Pelosi dan Potensi Perang Geopolitik-Ekonomi-Militer China Vs Taiwan
Kerja Sama di Bidang Kemiliteran Mulai Dibahas oleh Amerika Serikat dan Korea Selatan
Kejatuhan moral di militer tampak jelas dengan kebijakan yang lebih represif dan upaya keras untuk mempertahankan kendali.
Peningkatan jumlah pengungsi ke negara tetangga dan penyerahan diri pendukung junta menunjukkan tekanan yang semakin besar pada pemerintahan militer.
Peristiwa ini mencerminkan ketidakpastian di Myanmar, dan masalah ini terus menjadi sorotan dunia internasional.
Penurunan moral di militer, kekalahan di medan perang, dan tekanan internasional semakin memperumit dinamika politik di negeri itu.