APAKABAR NEWS – Karena duit Rp6,4 triliun yang dipakai nyuntik Gojek hanya dalam jarak waktu 6 bulan (November 2020-Mei 2021) adalah duit negara (tidak ada negara, tidak ada Telkomsel). Apa betul untuk kepentingan bangsa?
Lalu—konon—Gojek besar. Seorang pembaca berkomentar: too big to fail (TBTF). Ini klaim luar biasa. TBTF adalah teori dalam dunia keuangan yang menganggap suatu korporasi sudah sangat besar dan interkoneksinya sangat luas.
Sehingga apabila dia gagal maka akan mempengaruhi sistem ekonomi suatu negara secara keseluruhan, oleh karena itu ia harus disokong pemerintah ketika menghadapi situasi sulit.
Demikiankah? Dua klaim itu harus diuji. Jangan percaya begitu saja.
Dari semua respons yang saya baca dan dengar, tidak ada yang membantah fakta duit Rp6,4 triliun itu sudah dieksekusi dan bentuknya adalah obligasi konversi (convertible bond) tanpa bunga.
Tidak dibantah pula fakta bahwa aksi korporasi Telkomsel-Gojek ini terjadi semasa Menteri BUMN Erick Thohir dan Komisaris Utama PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (AKAB) adalah Garibaldi Thohir (kakaknya)—Akta 23 Oktober 2019.
Fakta ini juga sulit dibantah. Dalam susunan Dewan Komisaris (bertugas sebagai pengawas), ada satu mantan pengurus pusat Golkar (Rizal Mallarangeng), satu mantan pengurus Partai Nasdem (Wawan Iriawan),
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya