APAKABARNEWS.COM – Terdapat rangkaian peristiwa sebelumnya dari pandemic covid 19 pada 2020 sampai pada 2022 yang dampaknya mengalami penurunan di berbagai negara.
Terdapat pengaruh dari dana kebijakan Quantitatif Easing (QE) USA. sebagian dana yang mengalir dari QE telah mengakibatkan kenaikan harga komoditas CPO.
Ketika itu semua negara memakai dana QE. di 4 negara terbesar dana QE mencapai 14,5 T USD.
Di bawah ini adalah 5 artikel yang disarikan dari Diskusi Publik Awal Tahun 2023 INDEF “Catatan Awal Tahun 2023 dari Ekonom Senior INDEF”, sebagai berikut:
1. Demokrasi Politik di Era Reformasi Berjalan Sayangnya Oligarki Ekonomi Mengendalikan Politik – Prof Dr Didin S Damanhuri
2. Utang Belasan Ribu Triliun Rupiah Diwariskan Kepada Pemimpin Indonesia yang akan Datang – Prof Dr Didik J Rachbini
3. Ekspor Meningkat Lebih Cepat dari Impor, Masalahnya Mengapa Rupiah Tetap Melemah? – Dr Faisal H Basri
4. IMF Ramalkan 2023 Sepertiga Negara di Dunia akan Alami Resesi Ekonomi – Dr. M. Fadhil Hasan
5. Ancaman Krisis Pangan di Dalam Negeri pada 2023 Jauh Lebih Besar, Apalagi Jika Produktivitas Rendah – Dr M. Nawir Messi
Kenaikan harga energi dan pangan juga diakibatkan oleh perang Rusia – Ukraine dan embargo terhadap Rusia.
Kenaikan harga-harga itu direposan oleh bank sentral USA dengan menaikkan tingkat sukubunga. Hal itulah yang menyebabkan munculnya resesi dunia.
Terdapat ramalan buruk ekonomi dunia pada 2023. IMF meramalkan 1/3 negara di dunia akan mengalami resesi.
USA, Uni Eropa, Inggris, dan China telah mengalami resesi dari 5% ke 8%. Bahkan 4 negara mengalami pertumbuhan negatif USA -0.1 %, Inggris -0,2 %, Jerman -0,5 % dan Chili -0.6%.
Tekanan inflasi dalam negeri komponen harga diatur pemerintah secara tahunan masih tinggi, yang didorong kenaikan harga BBM, bahan bakar rumah tangga, tarif angkutan udara, dan tarif angkutan dalam kota setahun terakhir.
Tekanan infasi komponen inti tahunan masih terkendali. Inflasi di Desember 2022 mengalami penurunan karena penurunan beberapa komoditas pangan.
Tantangan Pangan jangka menengah-Panjang bagi dunia:
a. Lebih dari 2/3 penduduk dunia akan tinggal di perkotaan pada 2050.
Pada 2021 terdapat 828 juta orang terdampak kelaparan, dengan kenaikan 46 juta orang dibandingkan 2020 dan meningkat 150 juta orang dibanding 2019 (FAO, 2020).
b. Peningkatan GDP per kapita menjadi sebuah ketidakpastian bagi sektor pertanian.
Reaksi konsumen terhadap perubahan pendapatan diperkirakan lebih kuat pada negara berpenghasilan rendah dan menengah.
c. Meningkatnya pendapatan akan mengubah pola atau komposisi pangan seseorang. tren kuat terjadi pada konsumsi daging dan produk susu yang lebih tinggi.
d. Terjadi Kompetisi untuk sumber daya alam. Lahan pertanian harus bersaing dengan hutan karena kelangkaan lahan.
Pertanian diperkirakan menjadi pendorong sekitar 80% deforestasi dunia. 33% lahan pertanian global terdegradasi sedang dan tinggi.
Kualitas kehidupan masyarakat lokal dan kesehatan ekosistem jangka panjang menjadi terhambat untuk untuk ketahanan pangan.
e. Pada 2010 emisi sektor agriculture, forestry and other land use mencapai 10,6 gigaton setara karbon dioksida atau sekitar 21 % dari total emisi GRK global.
Dampak perubahan iklim diperkirakan merugikan negara miskin tempat jutaan orang bergantung pada pertanian dan rentan terhadap krisis pangan.
Perubahan iklim tidak hanya berpengaruh pada pasokan pangan, tetapi juga kualitas pangan serta stabiitas ketahanan pangan.
Perubahan iklim dapat mempengaruhi sifat gizi beberapa tanaman.
f. Intensitas bencana alam semakin meningkat dan mungkin akan terus berlanjut, dampak perubahan iklim.
Perlu mendapat perhatian karena ketergantungan sektor pertanian pada iklim dan tinkat produksi.
Sebagai negara eksportir dan importir pangan dan energi, Indonesia mendapat peluang dan kesempatan jika dikelola dengan benar.
Perlu juga kajian menyeluruh dan detail dari harga pangan dan energy.
Policy response yang tepat dan kredibel dibutuhkan untuk bisa memanfaatkan secara optimal peluang dan kesempatan dengan peningkatan produktivitas, perbaikan infrasturktur, dan perlindungan kelompok rentan.
Impor akan semakin mahal dan tekanan inflasi secara umum di dalam negeri yang berpengaruh pada daya beli.
Akan ada distributional economic and benefit yang tidak merata antara sektor dan daerah.
Oleh: Dr Fadhil Hasan, Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
* Artikel disarikan dari Diskusi Publik Awal Tahun 2023 INDEF “Catatan Awal Tahun 2023 dari Ekonom Senior INDEF” Kamis, 5 Januari 2023.
** Diskusi publik menghadirkan para pembicara: Prof Dr Didin S Damanhuri, Prof Dr Didik J Rachbini, Dr. M.Fadhil Hasan, Dr Faisal H Basri, dan Dr M. Nawir Messi.***