Oleh karena itu, dengan luas lahan sawit nasional saat ini sekitar 16 juta hektar, seharusnya tidak perlu harus diperluas hingga 20 juta hektar dengan merusak kawasan hutan yang menurut UU dilarang digunakan.
Cukup dengan optimalisasi produksi dengan cara pembibitan yang baik, pemupukan yang benar, merawat tanaman yang benar, serta memanen yang benar dan mengolah di PKS yang sehat.
Adapun potensi produksi TBS sekitar 282 juta ton pertahun, berdasarkan rata rata produksi 22 ton perhektar pertahun, dengan asumsi 80% dari luas sawit 16 juta hektar yang produksi dan 20 % lahan sawit belum berproduksi ( TBM).
Akan diperoleh potensi hasil CPO 64 juta ton dan PKO ( Palm Kernel Oil ) 12 juta ton pertahun, sehingga totalnya menjadi 76 juta ton pertahun.
Baca Juga:
Penerima Program Peremajaan Sawit Rakyat akan Mengeksklusi Sebagian Petani Sawit
Mengapa Kementerian ESDM & Pertamina Belum Kapok Program Biodiesel Berbasis CPO?
Pelabuhan Indonesia 1 Targetkan Pertumbuhan Petikemas 1,57 juta TEUs
Jika untuk memproduksi B100 dibutuhkan 20 juta ton TBS untuk menghasilkan B100 setara 300.000 barel perhari, untuk kebutuhan industri oleokimia, minyak goreng dan fraksinasi dibutuhkan 19 juta ton, maka sisa CPO sekitar 40 juta ton setiap tahun bisa dieksport.
Sehingga PKO tidak perlu diekspor, karena sudah terserap habis oleh industri hilir sawit dan lainnya di lokal, maka dengan berkurangnya CPO masuk ke pasar ekspor, sehingga harga CPO akan relatif stabil dan akan menguntungkan petani dan pendapatan devisa bagi negara.
Oleh : Riza Mutiara, Praktisi Sawit.